Senin, 23 Mei 2011

ratna susanti 7, bab 4

Pengalaman sebagai Guru
Terbaik
Pelajaran 4
Pada pelajaran ini, kamu diharapkan mampu menguasai
empat kompetensi melalui empat aspek bersastra.
1. Mendengarkan pembacaan karya sastra lama jenis dongeng,
lalu menunjukkan relevansi isinya dengan situasi sekarang
ini berdasarkan unsur intrinsiknya
2. Bercerita dengan menggunakan alat peraga untuk
menghidupkan cerita sehingga pendengar mudah
menangkap isi ceritanya
3. Membaca teks bacaan sastra dan memahami isinya, lalu
memberikan komentar tentang isi cerita tersebut
4. Mengekspresikan pengalaman dalam bentuk menulis
kembali isi dongeng yang telah dibaca
www.stellamarischool.com.
Gambar 4.1 Bercerita tentang pengalaman mampu
memberikan inspirasi kepada pendengar.
62
Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MTs VII
A. Mendengarkan Dongeng dan Menunjukkan
Relevansi Isinya dengan Sekarang
1. Menentukan Tema Dongeng dan Relevansinya
dengan Situasi Sekarang
Pada pembelajaran yang lalu kamu telah diajak mempelajari dongeng
dan menuliskan hal-hal yang menarik dalam ceritanya. Pada pembelajaran
ini kamu diajak mempelajari dongeng dan mengaitkan temanya dengan
situasi saat ini. Tema dalam dongeng menjadi dasar pengembangan cerita,
yang meliputi alur (rangkaian peristiwa), watak para pelaku, penentuan
latar/setting, serta ragam bahasa yang digunakan para pelaku. Selain itu,
tema dalam dongeng selalu berkaitan dengan sisi-sisi kehidupan manusia,
yang berkaitan dengan kasih sayang, kejujuran, kekuasaan, kemanusiaan,
keagamaan, kesabaran, kesederhanaan, tanggung jawab, keberanian, kerja
keras, kerukunan, dan kesetiaan.
Tema dalam sebuah cerita
(dongeng) diperoleh dari hasil perenungan
seseorang terhadap pengalaman
hidupnya. Setelah dapat
menentukan tema sebuah dongeng,
akan dapat menemukan keterkaitan
(relevansi) dengan kehidupan yang
terjadi pada saat ini. Tema sebuah
dongeng memang adakalanya mempunyai
hubungan yang erat dengan
kehidupan nyata sekarang ini.
Dongeng dapat dibedakan
menjadi lima macam.
1. Fabel, dongeng tentang binatang.
2. Legenda, dongeng tentang
asal usul tempat dan benda.
3. Mite, dongeng berisi tentang
hal-hal gaib.
4. Sage, dongeng tentang kepahlawanan.
5. Cerita jenaka, dongeng bersifat
komedi.
Selain sebagai penghibur, dongeng juga mempunyai manfaat lain.
1. Memberikan contoh kepada seseorang untuk memperbaiki sikap yang
kurang baik.
2. Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan.
3. Mengubah pola pikir yang kurang baik menjadi cara berpikir yang maju.
63
Pengalaman sebagai Guru Terbaik
2. Mendengarkan Pembacaan Dongeng
Tutuplah buku ini dan dengarkan pembacaan teks dongeng yang dilakukan
temanmu! Lakukan kegiatan selanjutnya!
Semut yang Hemat
Pada zaman Mesir Kuno, hiduplah seorang raja yang sangat terkenal
keadilannya. Raja tersebut sangat mencintai rakyatnya. Bahkan raja tersebut
dalam mencintai keluarganya tidak melebihi cintanya pada rakyatnya.
Apabila ada anggota keluarganya yang bertindak salah, tetaplah dihukum
sebagaimana peraturan untuk orang lain. Satu hal lagi yang menjadi
keistimewaannya, raja tersebut adalah seorang penyayang binatang.
Suatu hari raja pergi berjalan-jalan untuk menemui seekor semut. Si semut
merasa senang dan bangga mendapat kunjungan dari raja.
“Bagaimana kabarmu, semut?” tanya sang Raja.
“Hamba baik-baik saja, Baginda,” jawab semut gembira.
“Dari mana saja kau pergi?”
“Hamba sejak pagi pergi ke beberapa tempat, tetapi belum juga
mendapatkan makanan, Baginda.”
“Jadi, sejak pagi kamu belum makan?”
“Benar, Baginda.”
Raja yang adil itu pun termenung sejenak, kemudian berkata, “Hai, semut.
Berapa banyak makanan yang kau perlukan dalam setahun?”
“Hanya sepotong roti saja, Baginda,” jawab semut.
“Kalau begitu, maukah kau kuberi sepotong roti untuk hidupmu
setahun?”
“Hamba sangat senang, Baginda.”
“Kalau begitu, ayo engkau kubawa pulang ke istana,” ujar Raja, lalu
membawanya ke istana. Semut sangat senang karena mendapatkan anugerah
makanan dari sang raja. Ia tidak susah-susah lagi mencari makanan dalam
setahun dan tentu saja roti pemberian sang raja akan lebih manis dan enak.
“Sekarang masuklah ke tabung yang telah kuisi sepotong roti ini,”
perintah sang Raja.
“Terima kasih, Baginda. Hamba akan masuk.”
“Setahun yang akan datang, tabung ini baru akan kubuka,” ujar sang
Raja lagi.
“Hamba sangat senang, Baginda.”
Tabung berisi roti dan semut itu pun segera ditutup rapat oleh sang raja.
Tutup tabung itu terbuat dari bahan khusus, sehingga udara tetap masuk ke
dalamnya. Tabung tersebut kemudian disimpan di ruang khusus dalam istana.
Hari-hari berikutnya, sang raja tetap memimpin rakyatnya. Berbagai
urusan ia selesaikan secara bijaksana. Akhirnya, setelah genap setahun,
teringatlah sang raja akan janjinya pada semut. Perlahan-lahan raja membuka
tutup tabung berisi semut itu. Ketika tutup terbuka, si semut baru saja
menikmati roti pemberian raja setahun lalu.
64
Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MTs VII
“Bagaimana kabarmu, semut?” tanya sang Raja ketika matanya melihat
semut di dalam tabung.
“Keadaan hamba baik-baik saja, Baginda.”
“Apa kamu tidak pernah sakit selama setahun dalam tabung?”
“Tidak, Baginda. Keadaan hamba tetap sehat selama setahun.”
Sang raja pun termenung sejenak, kemudian melihat sisa roti milik semut
di dalam tabung.
“Mengapa roti pemberianku yang hanya sepotong masih kau sisakan
separuh?” tanya sang Raja.
“Betul, Baginda.”
“Katanya dalam setahun kau memerlukan sepotong roti. Mengapa tak
kau habiskan?”
“Begini, Baginda. Roti itu memang hamba sisakan separuh sebab hamba
khawatir jangan-jangan Baginda lupa membuka tutup tabung ini. Jika Baginda
lupa membukanya, tentu saja hamba masih dapat makan roti setahun lagi.
Untunglah Baginda tidak lupa. Hamba sangat senang.”
Sang raja terkejut mendengar penjelasan si semut yang tahu hidup hemat.
Sang raja tersenyum kecil di dekat semut.
“Kau semut yang hebat. Kau dapat menghemat kebutuhanmu. Hal ini
akan kusiarkan ke seluruh negeri agar rakyatku dapat mencontohmu. Jika
semut saja dapat menghemat kebutuhannya, mengapa manusia justru gemar
hidup boros?”
“Sebaiknya Baginda jangan terlalu memuji hamba,” jawab si semut.
Akhirnya, semut itu mendapat hadiah dari raja sebagai tanda terima
kasih karena telah mengajarinya hidup hemat.
(Sumber: Bobo, No. 28/XXVII melalui www.pacific.net.id)
65
Pengalaman sebagai Guru Terbaik
Simak pembacaan yang dilakukan temanmu dengan cermat dan jawablah
pertanyaan di bawah ini! Tulislah jawabannya di buku tugasmu, lalu sampaikan
secara lisan di depan kelas!
1. Di mana tempat terjadinya cerita dongeng di atas?
2. Binatang apa yang diajak bercakap-cakap dengan sang Raja?
3. Apa permintaan binatang tersebut kepada sang Raja?
4. Berapa lama sang Raja memasukkan binatang tersebut ke dalam tabung?
5. Apa yang terjadi dengan binatang itu setelah hidup di dalam tabung
sekian lama?
3. Latihan
Carilah dongeng yang di buku kumpulan dongeng atau di media cetak yang
memuat cerita dongeng! Guntinglah atau kopilah cerita tersebut, lalu bacalah!
Selanjutnya, temukan temanya dan tunjukkan relevansi isi ceritanya dengan
kehidupan nyata saat ini! Salinlah kolom di bawah ini untuk mengerjakan!
Judul Tema Relevansi dengan Saat Ini
B. Bercerita dengan Alat Peraga
1. Teknik Bercerita dan Jenis Alat Peraga
Pada Pelajaran 2 yang lalu, kamu telah diajak bercerita dengan urutan
yang baik, lafal, intonasi, gerak, dan mimik yang tepat. Kali ini, kamu akan
diajak bercerita dengan menggunakan alat peraga. Alat peraga yang dapat
kamu gunakan, antara lain boneka, wayang kulit, gambar, dan sebagainya
sesuai dengan karakter tokoh yang terdapat dalam cerita. Pada dasarnya,
bercerita itu sama dengan menulis cerita. Perbedaannya, bercerita merupakan
komunikasi yang dapat berhadapan langsung dengan pendengarnya,
sedangkan menulis cerita tidak berhadapan langsung dengan pembacanya,
melainkan melalui tulisannya.
66
Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MTs VII
Kegiatan bercerita telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek
moyang bangsa Indonesia dan sudah mendarah daging dalam masyarakat.
Bahkan, para ibu pun bercerita kepada putra-putrinya sebagai pengantar
tidur. Semasa kecil dahulu, pernahkah ibumu bercerita saat kamu akan tidur?
Biasanya, jenis cerita yang menjadi bahan untuk bercerita adalah dongeng,
namun dapat juga bercerita tentang pengalaman kehidupan.
Untuk dapat bercerita dengan baik, hendaknya mengetahui urutan
cerita (alur). Alur merupakan salah satu unsur intrinsik dalam cerita. Alur
adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebabakibat.
Selain itu, kamu juga harus dapat bercerita dengan menggunakan
artikulasi yang tepat, jeda, lafal, dan intonasi yang jelas, serta mimik dan
ekspresi yang mendukung. Unsur-unsur tersebut telah kamu pelajari saat
mempelajari Pelajaran 2, bukan? Ingatlah kembali hal-hal yang berkaitan
dengan itu, agar kamu dapat bercerita dengan baik.
2. Membaca Dongeng untuk Bercerita
Pada pembelajaran ini, kamu diajak untuk membaca dongeng tentang
fabel. Selanjutnya, kamu diminta dapat bercerita isi fabel tersebut di depan
kelas dan teman yang lain memberikan tanggapan. Gunakan alat peraga
yang kamu miliki dan sesuai dengan isi cerita!
Tikus Pemakan Kucing
Dahulu kala, di sebuah perpustakaan yang penuh buku, hiduplah Tikus
Tua. Ia tinggal di balik buku-buku di pojok perpustakaan dan tidak pernah
keluar. Suatu hari, Tikus Tua mengunjungi Tikus Muda, saudaranya. Tikus
Muda tinggal di sebuah gedung dan belum pernah juga keluar dari tempat itu.
“Kamu pasti belum pernah melihat dunia luar!” kata Tikus Tua kepada
saudaranya ketika ia tiba di gudang. “Aku yakin kamu juga tidak bisa membaca!”
“Wah, kau bisa baca, ya?” tanya Tikus Muda sambil melihat Tikus Tua
dengan kagum.
“Apakah minggu ini kamu pernah makan daging kucing?” tanya Tikus
Tua sambil mengelus janggutnya dengan bangga.
Hal-hal yang harus diperhatikan agar cerita menjadi lebih menarik.
1. Melibatkan pendengar saat bercerita.
2. Penyampaian cerita dengan jelas agar pendengar paham isinya.
3. Pendengar dapat mengambil makna dan hikmah dari cerita yang
disampaikan.
67
Pengalaman sebagai Guru Terbaik
“Apa? Astaga, tidak mungkin! Tidak pernah ada kejadian seperti itu di
gudang ini. Di sini, kucing-kucinglah yang memakan tikus!”
“Itu karena kamu bodoh dan mau saja ditakut-takuti kucing. Selama
hidupku, sudah banyak sekali kucing yang aku makan,” bual Tikus Tua lagi.
“Ya ampun! Ayo, cerita saudaraku, bagaimana rasa daging kucing?
“Mmm, bagaimana ya rasanya? Ya... seperti rasa kertas. Ada aroma
tintanya. Tapi... itu sih nggak seberapa. Apa kamu pernah merasakan daging
serigala?”
“Serigala?” Waduh, mana mungkin. Serigala tidak pernah masuk ke
gudang ini,” seru Tikus Muda. Tikus-tikus kecil di gudang itu mulai keluar
dan ikut mendengar percakapan mereka.
“Wah, wah.... Aku sih, baru saja kemarin malam menyantap seekor serigala.
Ia bahkan tidak sempat melolong waktu kumakan!” cerita Tikus Tua sombong.
Tikus-tikus kecil di gudang itu berdecak kagum. Mereka menarik napas
dan memuji, “Itu hebat sekali. Bagaimana rasa serigala itu?”
“Ya... seperti rasa serigala pada umumnyalah. Rasanya seperti kertas.
Tapi aku lebih suka rasa kuda nil!”
Tikus-tikus gudang makin melongo.
“Kuda nil? Apa itu? Ayo, cerita dong! Kami belum pernah melihat kuda
nil seumur hidup. Apa rasanya seperti keju cheddar? Atau keju krem?
“Rasanya seperti kertas. Ada sedikit aroma tinta. Oh ya, apa kalian
pernah menggigit gajah atau putri-putri cantik berbaju indah seperti yang
ada di buku dongeng?” Tikus Tua makin menyombongkan diri.
Tikus-tikus kecil terbelalak kagum dan tidak bisa berkata apa-apa. Tapi
tiba-tiba seekor kucing liar masuk ke gudang itu. Ia mengintai dari balik lemari
tua yang rusak. Ia mengeong menakutkan dan melotot ke arah tikus-tikus itu.
Ini adalah kucing sungguhan dengan sungut dan cakarnya yang tajam.
Aromanya tidak seperti kertas dan tinta.
68
Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MTs VII
Begitu para tikus gudang melihatnya, mereka lari cepat-cepat dan
sembunyi dalam lubang. Hanya Tikus Tua dari perpustakaan yang berdiri
terpukau dan ketakutan. Kucing liar itu muncul dari tempat
persembunyiannya. Matanya melotot dan berkilau seram. “Jadi, kamu adalah
tikus yang pernah memakan kucing?”
“Ya, itu be... benar. Mmm... maaf, kamu pasti mengerti. Seumur hidupku,
aku hidup di ruang perpus....”
“Aku tahu. Kamu suka memakan gambar-gambar kucing di dalam buku,
kan?” tanya Kucing sambil tersenyum.
“Ya, kadang-kadang. Tapi itu hanya untuk menambah pengetahuanku!”
“Hmmm... itu bagus. Tapi sebaiknya kamu juga melihat sekelilingmu,
Tikus Tua. Kamu harus tahu bahwa tidak semua kucing terbuat dari kertas.
Misalnya, aku! Lihatlah aku! Apakah aku termasuk kucing yang bisa kamu
makan?” si Kucing menjilati mulutnya sambil menatap tajam Tikus Tua.
Tikus Tua gemetar. Untunglah saat itu Kucing melihat seekor laba-laba
merangkak menyeberangi lantai. Itu adalah kesempatan bagi Tikus Tua.
Secepat kilat ia lari keluar dari gudang dan kembali ke perpustakaan. Kucing
mengejarnya. Tikus Tua bersembunyi di rak buku paling pojok, di belakang
buku yang paling besar. Kucing itu tidak bisa meraih Tikus Tua dengan
cakarnya. Sejak itu, tikus-tikus lain tak pernah lagi mendengar cerita tentang
Tikus Tua yang memakan kucing.
Diceritakan oleh: Setiawati Oetomo
Sumber : Bobo, Tahun XXXV, 9 Agustus 2007
Berilah penilaian terhadap penampilan temanmu dengan menggunakan
tabel di bawah ini!
Tabel 4.1 Tabel penilaian bercerita
Nama Teman : ___________________
Penilai : ___________________
1. Keruntutan cerita
2. Kejelasan vokal
3. Ketepatan ekspresi
4. Kesesuaian alat peraga
5. Gaya dan penampilan
Penilaian
Komentar
Baik Cukup Kurang
No. Aspek
69
Pengalaman sebagai Guru Terbaik
3. Menggunakan Awalan me- dan di-
Ketika kamu membaca cerita berjudul Tikus Pemakan Kucing, tentunya kamu
menjumpai beberapa kata yang mendapat imbuhan me- dan di-, bukan? Imbuhan
me- merupakan pembentuk kalimat aktif, sedangkan imbuhan di- membentuk
kalimat pasif. Tahukah kamu yang dimaksud kalimat aktif dan kalimat pasif?
Ayo, kita pelajari tentang pengertian kalimat aktif-pasif serta ciri-cirinya.
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan perbuatan atau
tindakan. Ciri-ciri kalimat aktif adalah ditandai dengan penggunaan
imbuhan me(N)- atau ber- pada predikatnya.
Contoh:   Roni membeli buku di toko Sumber Ilmu.
  Nabila bertanya kepada Bu Guru.
  Edwin mengayuh sepedanya dengan cepat.
Ada pula kalimat aktif yang predikatnya tidak menggunakan imbuhan
me(N)- maupun ber-.
Contoh:   Pagi-pagi Leni sudah minum es.
 Ayah pergi ke Semarang.
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai perbuatan atau
tindakan. Ciri-ciri kalimat pasif adalah ditandai penggunaan imbuhan diatau
ter- pada predikatnya.
Contoh:   Ikan asinnya dimakan kucing.
  Buku itu masih dibacanya.
  Adikku terjatuh dari sepeda.
Kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif dengan cara-cara
berikut ini.
a. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
b. Awalan me(N)- diganti dengan di-.
c. Ditambahkan kata oleh di belakang predikat, tetapi bersifat manasuka.
Contoh:   Mobil itu menabrak pagar rumah. (kalimat aktif)
menjadi
  Pagar rumah ditabrak oleh mobil itu. (kalimat pasif)
Akan tetapi, tidak semua kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat
pasif. Kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif apabila predikatnya
berawalan me- dan memiliki objek.
70
Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MTs VII
1. Setelah membaca cerita berjudul Tikus Pemakan Kucing, coba
daftarlah kalimat yang merupakan kalimat aktif dan kalimat pasif!
Salinlah tabel berikut ini di bukumu untuk mengerjakan!
No. Kalimat Aktif Kalimat Pasif
2. Tulislah di papan tulis, hasil pekerjaanmu. Majulah secara
bergantian dengan teman-temanmu di kelas! Apakah hasilnya
berbeda atau sama?
3. Jika berbeda, diskusikan bersama dan hasilnya serahkan kepada
gurumu!
C. Membaca Buku Cerita dan Mengomentari
Isinya
1. Membaca Kutipan Buku Cerita Anak
Sukakah kamu membaca buku cerita anak? Tema apa yang kamu sukai?
Berikut ini bagian ke-14 cerita detektif yang berjudul “Petualangan di
Gunung Bencana” yang alihbahasakan dari The Mountain of Adventure karya
Enid Blyton. Bacalah kutipan dari buku cerita anak berikut ini dengan cermat,
lalu kerjakan latihannya!
Bagian 14
Berbagai Peristiwa
Petang itu anak-anak hendak berjalan-jalan sebentar. Si Belang
ditinggalkan dalam keadaan tertambat ke pohon di dekat air, dengan sepucuk
surat terselip pada tali kekangnya. Surat itu ditujukan kepada Bill, menyatakan
bahwa mereka akan segera kembali. Soalnya mungkin saja Bill datang saat
mereka sedang berjalan-jalan.
71
Pengalaman sebagai Guru Terbaik
“Tapi kurasa tak mungkin ia akan sudah sampai kemari sekarang,” kata
Jack. “Walau demikian siapa tahu -karena Bill sering melakukan berbagai
hal secara tak terduga dan dengan cepat sekali!”
Keempat remaja itu berangkat disertai si Putih yang berjingkrak-jingkrak
di sekitar mereka, serta Kiki yang bertengger di atas bahu Jack. Mereka mendaki
lereng, melewati gua tempat mereka tidur malam sebelumnya. Kantungkantung
tidur mereka yang ada di situ, sudah dimasukkan lagi ke dalam gua.
Tapi anak-anak berniat akan tidur di luar lagi malam ini.
“Yuk, kita ikuti si Putih,” kata Dinah. “Ia kelihatannya seperti tahu jalan
yang bisa dilewati.” Mereka pun membuntuti si Putih. Anak kambing itu
ternyata ingin mendaki. Tapi kemudian mereka terpaksa berhenti karena
terhadang tebing gunung yang sangat curam, hampir tegak lurus. Bahkan si
Putih pun tidak bisa terus.
“Aduh, panasnya!” kata Dinah sambil mengipas-ngipas tangannya. “Kita
duduk sebentar, yuk, di bawah pohon-pohon itu.”
Pepohonan itu seperti melambai-lambai ditiup angin. Jack mendongak
dengan sikap kepingin memerhatikan ranting-ranting yang bergerak kian
kemari.
“Pasti enak dan sejuk duduk di atas dahan-dahan itu karena di situ
banyak angin,” katanya. “Bagaimana jika kita naik saja ke sana. Pohon-pohon
ini kelihatannya gampang dipanjat.
“Itu ide bagus!” kata Philip. “Aku suka duduk berayun-ayun di atas
pohon. Kau ingin kubantu naik, Lucy-Ann?”
Tidak lama kemudian, keempat remaja itu sudah duduk di atas dahan
yang bercabang-cabang membiarkan dirinya terayun-ayun kena angin yang
lumayan kuat tiupannya di atas situ.
“Ini baru asyik,” kata Dinah. “Sedap!”
“Hebat!” kata Jack. “Jangan terlalu keras kau cengkeram bahuku, Kiki!
Jangan khawatir, kau tak kan bisa jatuh!”
72
Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MTs VII
Si Putih terpaksa ditinggal di bawah. Anak kambing itu mengembikngembik.
Beberapa kali ia mencoba meloncat naik ke atas pohon, tapi selalu
gagal. Ia lari berputar-putar mengelilingi pohon yang dipanjat Philip.
Kelihatannya kesal sekali! Akhirnya, ia lari menghampiri sebuah batu, lalu
meloncat turun-naik di situ tanpa berhenti. Anak-anak tertawa geli melihat
kekonyolannya.
Tiba-tiba terdengar bunyi ribut-ribut, suara menggonggong, menggeram,
melolong, dan mendengking.
“Itu kawanan anjing yang tadi malam!” kata Jack. Ia memicingkan mata,
memandang ke arah suara ribut. “Wah, mereka mengejar orang hitam itu!”
Jauh di bawah mereka terdengar bunyi berisik di tengah semak belukar,
bercampur suara gonggongan. Kemudian tampak seorang laki-laki berlari
melintasi medan lereng yang gundul berbatu-batu. Jaraknya sekitar setengah
mil di bawah mereka.
Anjing-anjing bertemperasan mengejarnya. Lucy-Ann nyaris terjatuh dari
pohon karena ketakutan melihat ada orang dikejar kawanan anjing. Anakanak
hanya bisa memandang saja sambil membisu. Jantung mereka berdebar
keras. Dalam hati mereka berdoa, semoga orang yang dikejar itu selamat.
Orang itu berhasil mencapai sebatang pohon. Ia cepat-cepat meloncat ke
atas pohon itu, tepat ketika anjing yang paling depan berhasil mengejarnya.
Orang itu menjunjung tubuhnya ke atas, lalu menghilang di tengah dedaunan.
Kawanan anjing mengepung pohon itu. Ribut sekali gonggongan mereka!
Lucy-Ann meneguk ludah, sementara air matanya bercucuran. Ia
menangis karena merasa kasih pada lelaki yang dikejar-kejar itu. Anak-anak
yang lain memandang terus dengan perasaan suram. Philip menimbangnimbang
baik-buruknya jika ia turun, lalu memanggil anjing-anjing itu. Tapi
sebelum ia sempat bertindak, muncul seorang laki-laki lagi. Orang itu berjalan
dengan santai menuju pohon yang sedang dikepung kawanan anjing. Anakanak
tidak bisa melihat tampangnya karena jaraknya dari mereka terlalu jauh.
Suaranya pun tak terdengar.
Tapi udara pegunungan yang tipis melayangkan bunyi siulan melengking.
Saat itu juga anjing-anjing yang mengepung pohon lari mendatangi orang
yang baru datang itu. Ia berdiri tidak jauh dari pohon. Dari gerak-geriknya
dapat ditebak bahwa ia memanggil orang yang bersembunyi di situ,
menyuruhnya turun. Tapi tidak ada yang tampak turun.
Laki-laki yang baru muncul itu melambaikan tangannya ke arah kawanan
anjing, yang dengan segera mengepung pohon lagi sambil ribut
menggonggong dan melolong-lolong. Laki-laki itu berpaling, lalu berjalan
kembali ke arah dari mana ia datang tadi.
“Aduh, rupanya ia menyuruh anjing-anjingnya terus mengepung
pohon,” kata Lucy-Ann terisak-isak. “Orang yang bersembunyi di situ pasti
akan kelaparan apabila tetap bertahan di atas! Tapi kalau turun, langsung
akan diserang kawanan anjing galak itu. Kita bisa berbuat apa, Philip?”
“Aku akan turun, lalu memanggil anjing-anjing itu,” kata Philip. “Kita
tunggu dulu sampai laki-laki tadi sudah jauh supaya ia tidak melihat aku.
Setelah itu akan kuusahakan memancing anjing-anjing itu agar pergi dari
sana sehingga laki-laki yang terkepung itu mendapat kesempatan lari.”
73
Pengalaman sebagai Guru Terbaik
Ia menunggu selama dua puluh menit, lalu turun dari pohon. Ia bergerak
menyelinap dengan hati-hati di tengah belukar, menghampiri pohon yang
dijadikan tempat persembunyian laki-laki yang dikejar anjing.
Philip terkejut setengah mati ketika tiba-tiba bahunya dicengkeram dari
belakang. Ia berpaling dengan cepat -dan menatap wajah seorang laki-laki!
........................................
(Dikutip dari Petualangan di Gunung
Bencana, hlm. 161-167)
1. Bentuklah kelompok dalam kelasmu sesuai kesepakatan bersama temantemanmu!
Jika di kelasmu terdiri atas berbagai suku, agama, dan ras,
usahakan pembagian kelompok secara merata dan adil!
2. Setiap kelompok membaca cerita Petualangan di Gunung Bencana, lalu
berdiskusi untuk menemukan unsur-unsur dalam cerita tersebut.
Gunakan tabel di bawah ini untuk acuan membuat laporan!
Tema Tokoh Watak Latar Alur
2. Mengomentari Isi Buku Cerita Anak
Kamu telah membaca cerita terjemahan di atas, bukan? Jenis cerita apa
yang kamu baca dari buku tersebut? Sukakah kamu dengan isi ceritanya?
Bagaimana komentarmu? Sebelum kamu memberi komentar isi ceritanya,
hendaknya kamu dapat menyebutkan jenis cerita tersebut beserta unsurunsur
yang membangun cerita tersebut. Untuk itu, kamu diajak membahas
cerita di atas lebih lanjut pada pembelajaran ini.
Kutipan cerita di atas termasuk cerita detektif, yaitu cerita petualangan
yang mengandung masalah rahasia yang perlu pemecahan. Untuk
memecahkan masalah tersebut, diperlukan ketajaman intuisi dan kecerdasan
berpikir karena ceritanya penuh dengan tantangan. Oleh karena itu, tak
heran jika cerita detektif ini sering muncul suatu kejutan pada saat masalah
telah terpecahkan. Inilah hal yang menarik dari sebuah cerita detektif.
Selain kemenarikan cerita, kamu juga dapat mengambil nilai-nilai positif
dari cerita detektif. Nilai tersebut antara lain sikap yang tepat dalam
74
Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MTs VII
menghadapi suatu permasalahan sehingga dapat mengambil keputusan
dengan bijaksana dalam penyelesaiannya. Untuk itu, kamu perlu
mengetahui unsur-unsur yang membangun cerita tersebut.
a. Tema, yaitu ide cerita yang disampaikan,
b. Tokoh, yaitu para pelaku dalam cerita.
c. Penokohan, yaitu gambaran watak para pelaku dalam cerita.
d. Amanat, yaitu pesan yang akan disampaikan dalam cerita.
e. Alur, yaitu rangkaian peristiwa yang tersusun secara logis.
f. Latar, yaitu tempat, waktu, dan suasana terjadinya cerita.
g. Sudut pandang, yaitu posisi pengarang dalam memerankan tokoh cerita.
Setelah membaca cerita Petualangan di Gunung Bencana dan memahami
unsur-unsur dalam cerita, lakukan kegiatan berikut.
3. Latihan
Sebagai latihan kali ini, carilah buku cerita anak yang menarik! Bacalah
dan pahami isinya, lalu kerjakan tugas di bawah ini!
1. Sebutkan judul buku tersebut!
2. Siapa pengarang buku itu?
3. Jika buku itu terjemahan, siapa yang mengalihbahasakan?
4. Di mana buku tersebut diterbitkan dan tahun berapa?
5. Bagaimana ringkasan isi ceritanya?
D. Menulis Kembali Isi Dongeng yang Dibaca
1. Membaca Dongeng secara Intensif
Pada saat mempelajari Pelajaran 2 yang lalu, kamu telah mempelajari
isi dongeng dan mengemukakan hal-hal yang menarik di dalamnya. Untuk
dapat menambah wawasan dan pengetahuanmu di bidang sastra, cobalah
membaca dongeng yang dipelajari pada pertemuaan kedua yang lalu,
berjudul Anggrek Hitam untuk Domia. Selanjutnya, pahami isi ceritanya dan
lakukan kegiatan berikut.
2. Membaca Dongeng dan Menulis Kembali Isinya
1. Bentuklah kelompok dalam kelas sesuai kesepakatan bersama temantemanmu!
Hendaknya pembagian kelompok secara merata, baik dari
jenis kelamin, suku, agama, dan sebagainya.
2. Setelah masing-masing membaca dongeng Anggrek Hitam untuk Domia,
diskusikan tentang unsur-unsur dalam cerita tersebut!
75
Pengalaman sebagai Guru Terbaik
a. Tokoh dan wataknya
b. Tema
c. Latar
d. Alur
e. Amanat
3. Berdasarkan hasil diskusi bersama kelompok, tuliskan kembali cerita
tersebut dengan bahasa sendiri!
4. Serahkan hasil tulisan tersebut kepada guru untuk dinilai!
3. Latihan
Bacalah dongeng di bawah ini dan tulislah kembali dengan bahasa yang
kamu susun sendiri!
Istana Bunga
Dahulu kala, hiduplah Raja dan Ratu yang kejam. Keduanya suka berfoyafoya
dan menindas rakyat miskin. Raja dan Ratu ini mempunyai putra dan
putri yang baik hati. Sifat mereka sangat berbeda dengan kedua orang tua
mereka. Pangeran Aji Lesmana dan Putri Rauna selalu menolong rakyat yang
kesusahan. Keduanya suka menolong rakyatnya yang memerlukan bantuan.
Suatu hari, Pangeran Aji Lesmana marah pada ayah dan ibunya. “Ayah
dan Ibu jahat. Mengapa menyusahkan orang miskin?”
76
Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MTs VII
Raja dan Ratu sangat marah mendengar perkataan putra mereka itu.
“Jangan mengatur orang tua! Karena kau telah berbuat salah, aku akan
menghukummu. Pergilah dari istana ini!” usir Raja.
Pangeran Aji Lesmana tidak terkejut, justru Putri Rauna yang tersentak,
lalu ia memohon kepada ayah ibunya, “Jangan usir Kakak! Jika Kakak harus
pergi, saya pun pergi!”
Raja dan Ratu sedang naik pitam. Mereka membiarkan Putri Rauna pergi
mengikuti kakaknya. Mereka mengembara dan menyamar menjadi orang biasa.
Mereka pun mengubah namanya menjadi Kusmantoro dan Kusmantari.
Mereka lalu mencari guru untuk mendapat ilmu. Mereka ingin menggunakan
ilmu itu untuk menyadarkan kedua orang tua mereka.
Keduanya sampailah di sebuah gubuk. Gubuk itu dihuni oleh seorang
kakek yang sudah sangat tua. Kakek sakti itu dahulu pernah menjadi guru
kakek mereka. Mereka pun mencoba mengetuk pintu.
“Silakan masuk, Anak Muda,” sambut Kakek renta yang sudah tahu
kalau mereka adalah cucu bekas muridnya. Namun, kakek itu sengaja purapura
tak tahu. Kusmantoro pun mengutarakan maksudnya.
“Kami kakak beradik yatim piatu. Kami ingin berguru pada
Panembahan.”
Kakek sakti bernama Panembahan Manraba itu tersenyum mendengar
kebohongan Kusmantoro. Namun, karena kebijakannya, Panembahan
Manraba menerima keduanya menjadi muridnya.
Panembahan Manraba menurunkan ilmu-ilmu kerohanian dan
kanuragan pada Kusmantoro dan Kusmantari. Keduanya ternyata cukup
berbakat. Dengan cepat, mereka menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan.
Berbulan-bulan mereka digembleng guru bijaksana dan sakti itu. Suatu malam,
Panembahan memanggil mereka berdua.
“Anakku, Kusmantoro dan Kusmantari. Untuk sementara sudah cukup
kalian berguru di sini. Ilmu-ilmu lainnya akan kuberikan setelah kalian
melaksanakan satu amalan.”
“Amalan apa itu, Panembahan?” tanya Kusmantari.
“Besok pagi-pagi sekali, petiklah dua kuntum melati di samping kanan
gubuk ini. Lalu berangkatlah menuju istana di sebelah barat desa ini. Berikan
dua kuntum bunga melati itu kepada Pangeran Aji Lesmana dan Putri Rauna.
Mereka ingin menyadarkan Raja dan Ratu, kedua orang tua mereka.”
Kusmantoro dan Kusmantari terkejut. Namun, keterkejutan mereka
disimpan rapat-rapat. Mereka tak ingin penyamarannya terbuka.
“Dua kuntum melati itu berkhasiat menyadarkan Raja dan Ratu dari
perbuatan buruk mereka. Namun syaratnya, dua kuntum melati itu hanya
berkhasiat jika disertai kejujuran hati,” pesan Panembahan Manraba.
Ketika menjelang tidur malam, Kusmantoro dan Kusmantari resah.
Keduanya memikirkan pesan Panembahan. Apakah mereka harus berterus
terang kalau mereka adalah Pangeran Aji Lesmana dan Putri Rauna? Jika
tidak berterus terang, berarti mereka berbohong, tidak jujur. Padahal kuntum
melati hanya berkhasiat jika disertai dengan kejujuran.
Akhirnya, pagi-pagi sekali mereka menghadap Panembahan. “Kami
berdua mohon maaf, Panembahan. Kami bersalah karena tidak jujur kepada
Panembahan selama ini.”
77
Pengalaman sebagai Guru Terbaik
“Saya mengerti, Anak-anakku. Saya sudah tahu kalian berdua adalah
Pangeran Aji Lesmana dan Putri Rauna. Pulanglah! Ayah dan ibumu
menunggu di istana.”
Setelah mohon pamit dan minta doa restu, Pangeran Aji Lesmana dan
Putri Rauna berangkat ke istana. Setibanya di istana, ternyata ayah dan ibunya
sedang sakit. Mereka segera memeluk kedua orang tuanya yang berbaring
lemah itu.
Putri Rauna lalu meracik dua kuntum melati pemberian Panembahan,
kemudian diberikan kepada ayah dan ibu mereka. Ajaib! Seketika sembuhlah
Raja dan Ratu. Sifat mereka pun berubah. Pangeran dan Putri Rauna sangat
bahagia. Mereka meminta bibit melati ajaib itu pada Penembahan dan
menanamnya di taman mereka, sehingga istana mereka dikenal dengan nama
Istana Bunga. Istana yang dipenuhi kelembutan hati dan kebahagiaan.
Diceritakan oleh : Swarinda Tyaskyesti
Kerjakan soal-soal berikut sesuai perintahnya!
1. Sebutkan unsur-unsur yang membangun sebuah cerita dan jelaskan
pengertiannya!
2. Carilah dongeng di media cetak dan bacalah! Selanjutnya, tulislah
kembali dongeng tersebut dengan bahasa yang kamu susun sendiri!
3. Gunakan cerita yang kamu tulis pada soal nomor 2 di atas sebagai bahan
untuk bercerita! Jika tersedia alat peraga yang ssuai dengan isi cerita,
gunakan alat peraga tersebut untuk menghidupkan cerita menjadi lebih
menarik! Sebagai rambu-rambu bercerita, gunakan acuan berikut!
Judul cerita : ____________________________________
Nama tokoh : ____________________________________
Watak tokoh : ____________________________________
Latar cerita : ____________________________________
Tema cerita : ____________________________________
Alur cerita : ____________________________________
Amanat cerita : ____________________________________
Kesimpulan cerita : ____________________________________
__________________________________________________________
_________________________________________________________
_____________________________________________________________
______________________________________________________________
Sumber : Bobo, No. 11/XXVIII
78
Kompetensi Berbahasa Indonesia SMP/MTs VII
Materi yang diberikan dalam Pelajaran 4 tentang Pengalaman
sebagai Guru Terbaik ini adalah materi kemampuan bersastra yang
meliputi empat aspek.
1. Sebagai salah satu jenis karya sastra lama, isi cerita suatu
dongeng masih relevan dengan kehidupan nyata saat ini.
2. Untuk dapat bercerita dengan baik dan agar mudah dipahami
oleh pendengar, hendaknya menggunakan alat peraga yang
sesuai dengan isi cerita dalam latihan bercerita.
3. Jika membaca buku cerita anak secara intensif dan memahami
isinya, kamu dapat memberikan komentar atas isinya.
4. Dengan membaca dongeng dan memahami unsur-unsurnya,
kamu dapat menuliskan kembali isi cerita sebuah dongeng.
Setelah kamu mempelajari materi dalam pelajaran ini, adakah
butir materi yang kamu peroleh manfaatnya secara langsung?
Sebutkan materi yang menurutmu suka untuk dipelajari lebih
mendalam lagi! Mengapa kamu menyukai materi itu? Coba jelaskan
alasannya! Adakah manfaat yang kamu peroleh dari pembelajaran
jenis materi itu? Kompetensi apa yang telah kamu kuasai?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar